KONVERGENSI IFRS
Pengertian IFRS
International Financial Reporting
Standard (IFRS) merupakan standar pencatatan dan pelaporan akuntansi yang
berlaku secara internasional yang dikeluarkan oleh International Accounting
Standard Boards (IASB), sebuah lembaga internasional yang bertujuan untuk
mengembangkan suatu standar akuntansi yang tinggi, dapat dimengerti,
diterapkan, dan diterima secara internasional.
International Financial Reporting
Standard (IFRS) merupakan standar yang dibuat oleh International Accounting
Standards Boards (IASB) dengan tujuan memberikan kumpulan standar penyusunan
laporan keuangan perusahaan di seluruh dunia. Perusahaan dapat menghasilkan
laporan keuangan yang berkualitas tinggi, dapat diperbandingkan dan transparan
yang digunakan oleh investor di pasar modal dunia maupun pihak-pihak yang
berkepentingan lainnya (stakeholder). Saat ini banyak negara-negara di
Eropa, Asia, Afrika, Oseania dan Amerika yang menerapkan IFRS. Standar
akuntansi internasional (International Accounting Standards/IAS) di susun oleh
4 organisasi utama dunia ,yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional
(IASB),Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal
(IOSOC) dan Federasi Akuntansi Internasional (IFAC).
International Organization of
Securities Commissions (IOSCO) sangat berkepentingan dengan IFRS karena dapat
memperkuat integritas pasar modal international dengan cara mempromosikan
standar akuntansi berkualitas tinggi, termasuk penerapan standar yang cermat
dan hati-hati dan penegakan hukum.
IFRS merupakan kelanjutan dari International Accounting
Standards (IAS) yang sudah ada sejak tahun 1973 dan digunakan secara luas oleh
negara-negara di Eropa, Inggris dan negara-negara persemakmuran Inggris. IAS
disusun oleh International Accounting Standards Committee (IASC). IASC bertahan
sampai dengan 2001 dan perannya digantikan IASB.
Konvergensi IFRS?
Pengertian konvergensi IFRS yang
digunakan merupakan awal untuk memahami apakah penyimpangan dari PSAK harus
diatur dalam standar akuntansi keuangan. Pendapat yang memahami konvergensi
IFRS adalah full adoption menyatakan Indonesia harus mengadopsi penuh seluruh
ketentuan dalam IFRS, termasuk penyimpangan dari IFRS sebagaimana yang diatur
dalam IAS 1 (2009): Presentation of Financial Statements paragraf 19-24. IFRS
menekankan pada principle base dibandingkan rule base.
Terdapat
3 tahapan dalam melakukan konvergensi IFRS di Indonesia, yaitu:
- Tahap Adopsi (2008 – 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi ke PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAK yang berlaku.
- Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap persiapan infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS.
- Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK IFRS secara bertahap. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap dampak penerapan PSAK secara komprehensif.
Tujuan akhir
dari konvergensi IFRS adalah PSAK sama dengan IFRS tanpa adanya modifikasi
sedikitpun. Di sisi lain, tanpa perlu mendefinisikan konvergensi IFRS itu
sendiri, berdasarkan pengalaman konvergensi beberapa IFRS yang sudah dilakukan
di Indonesia tidak dilakukan secara full adoption. Sistem kepengurusan perusahaan di Indonesia yang memiliki dewan direksi dan
dewan komisaris (dual board system) berpengaruh terhadap penentuan kapan
peristiwa setelah tanggal neraca, sebagai contoh lain dari perbedaan antara
PSAK dengan IFRS. Indonesia melalui Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) –
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sedang melakukan proses konvergensi IFRS dengan
target penyelesaian tahun 2012. IFRS menekankan pada principle base
dibandingkan rule base.
Indonesia akan mengadopsi IFRS secara
penuh pada 2012, Strategi adopsi yang dilakukan untuk konvergensi ada dua
macam, yaitu big bang strategy dan gradual strategy. Big bang strategy
mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan – tahapan tertentu.
Strategi ini digunakan oleh negara – negara maju. Sedangkan pada gradual strategy,
adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara –
negara berkembang seperti Indonesia.
Sasaran Konvergensi IFRS tahun 2012,
yaitu merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari
2009 yang berlaku efektif tahun 2011/2012, Konvergensi IFRS di Indonesia
dilakukan secara bertahap. Adapun manfaat yang diperoleh dari konvergensi IFRS
adalah memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan SAK yang
dikenal secara internasional, meningkatkan arus investasi global melalui
transparansi, menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising
melalui pasar modal secara global, menciptakan efisiensi penyusunan laporan
keuangan.
Manfaat konvergensi IFRS
·
Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan Standar
Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional.
·
Meningkatkan arus investasi dlobal melalui transparansi.
·
Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund
raising melalui pasar modal secara global.
·
Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
·
Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan mengurangi
kesempatan untuk melakukan earning management.
Alasan perlunya konvergensi ke IFRS
Dengan dilakukannya konvergensi PSAK ke IFRS maka :
- Mengurangi peran dari badan otoritas dan panduan terbatas pada industri-industri spesifik.
- Pendekatan terbesar pada subtansi atas transaksi dan evaluasi dimana merefleksikan realitas ekonomi yang ada.
- Peningkatan daya banding laporan keuangan dan memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal internasional.
- Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan.
- Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi para analis.
- Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju “best practise”.
Permasalahan yang dihadapi dalam impementasi dan
adopsi IFRS
·
Translasi Standar Internasional
- Ketidaksesuaian Standar Internasional dengan Hukum Nasional
- Struktur dan Kompleksitas Standar Internasional
- Frekuensi Perubahan dan Kompleksitas Standar Internasional Seperti contoh IFRS menekankan pada fair value dan meninggalkan historical value.
Perkembangan
Konvergensi PSAK ke IFRS
Sesuai
dengan roadmap konvergensi PSAK ke IFRS (International Financial Reporting
Standart) maka saat ini Indonesia telah memasuki tahap persiapan akhir
(2011) setelah sebelumnya melalui tahap adopsi (2008 – 2010). Hanya setahun
saja IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) menargetkan tahap persiapan akhir ini,
karena setelah itu resmi per 1 Januari 2012 Indonesia menerapkan IFRS.
Berikut
konvergensi PSAK ke IFRS yang direncanakan Dewan Standar Akuntansi Keuangan
(DSAK) IAI:
Tahap Adopsi
(2008-2010)
|
Tahap
Persiapan Akhir (2008-2010)
|
Tahap
Implementasi (2008-2010)
|
Adopsi seluruh
IFRS ke PSAK
|
Penyelesaian persiapan
Infrastruktur yang diperlukan
|
Penerapan PSAK
berbasis IFRS secara bertahap
|
Persiapan
infrastruktur yang diperlukan
|
Penerapan
secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS
|
Evaluasi
dampak penerapan PSAK secara komprehensif
|
Evaluasi dan kelola
dampak adopsi terhadap PSAK yang berlaku
|
Program &
Sasaran Konvergensi IFRS
Dua
puluh Sembilan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) masuk dalam program konvergensi
IFRS yang dicanangkan DSAK IAI tahun 2009 dan 2010.
“Sasaran
konvergensi IFRS yang telah dicanangkan IAI pada tahun 2012 adalah merevisi
PSAK agar secara material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku
efektif tahun 2011/2012,” demikian disampaikan Ketua DSAK IAI Rosita Uli Sinaga
pada Public Hearing Eksposure Draft PSAK 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian
Laporan Keuangan, di Jakarta Kamis 20 Agustus 2009 lalu.
Program
konvergensi DSAK selama tahun 2009 adalah sebanyak 12 Standar, yang meliputi:
1. IFRS 2 Share-based payment
2. IAS 21 The effects of changes in foreign exchange rates
3. IAS 27 Consolidated and separate financial statements
4. IFRS 5 Non-current assets held for sale and discontinued operations
5. IAS 28 Investments in associates
6. IFRS 7 Financial instruments: disclosures
7. IFRS 8 Operating segment
8. IAS 31 Interests in joint ventures
9. IAS 1 Presentation of financial
10. IAS 36 Impairment of assets
11. IAS 37 Provisions, contingent liabilities and contingent asset
12. IAS 8 Accounting policies, changes in accounting estimates and errors
1. IFRS 2 Share-based payment
2. IAS 21 The effects of changes in foreign exchange rates
3. IAS 27 Consolidated and separate financial statements
4. IFRS 5 Non-current assets held for sale and discontinued operations
5. IAS 28 Investments in associates
6. IFRS 7 Financial instruments: disclosures
7. IFRS 8 Operating segment
8. IAS 31 Interests in joint ventures
9. IAS 1 Presentation of financial
10. IAS 36 Impairment of assets
11. IAS 37 Provisions, contingent liabilities and contingent asset
12. IAS 8 Accounting policies, changes in accounting estimates and errors
Program
konvergensi DSAK selama tahun 2010 adalah sebanyak 17 Standar sebagai berikut:
1. IAS 7 Cash flow statements
2. IAS 41 Agriculture
3. IAS 20 Accounting for government grants and disclosure of government assistance
4. IAS 29 Financial reporting in hyperinflationary economies
5. IAS 24 Related party disclosures
6. IAS 38 Intangible Asset
7. IFRS 3 Business Combination
8. IFRS 4 Insurance Contract
9. IAS 33 Earnings per share
10. IAS 19 Employee Benefits
11. IAS 34 Interim financial reporting
12. IAS 10 Events after the Reporting Period
13. IAS 11 Construction Contracts
14. IAS 18 Revenue
15. IAS 12 Income Taxes
16. IFRS 6 Exploration for and Evaluation of Mineral Resources
17. IAS 26 Accounting and Reporting by Retirement Benefit Plan
1. IAS 7 Cash flow statements
2. IAS 41 Agriculture
3. IAS 20 Accounting for government grants and disclosure of government assistance
4. IAS 29 Financial reporting in hyperinflationary economies
5. IAS 24 Related party disclosures
6. IAS 38 Intangible Asset
7. IFRS 3 Business Combination
8. IFRS 4 Insurance Contract
9. IAS 33 Earnings per share
10. IAS 19 Employee Benefits
11. IAS 34 Interim financial reporting
12. IAS 10 Events after the Reporting Period
13. IAS 11 Construction Contracts
14. IAS 18 Revenue
15. IAS 12 Income Taxes
16. IFRS 6 Exploration for and Evaluation of Mineral Resources
17. IAS 26 Accounting and Reporting by Retirement Benefit Plan
Banyaknya
standar yang harus dilaksanakan dalam program konvergensi ini menjadi tantangan
yang cukup berat bagi DSAK IAI periode 2009-2012. Implementasi program ini akan
dipersiapkan sebaik mungkin oleh IAI. Dukungan dari semua pihak agar proses
konvergensi ini dapat berjalan dengan baik tentunya sangat diharapkan.
Rosita
juga menambahkan bahwa tantangan konvergensi IFRS 2012 adalah kesiapan praktisi
akuntan manajemen, akuntan publik, akademisi, regulator serta profesi pendukung
lainnya seperti aktuaris dan penilai.
Akuntan
Publik diharapkan dapat segera mengupdate pengetahuannya sehubungan dengan
perubahan SAK, mengupdate SPAP dan menyesuaikan pendekatan audit yang berbasis
IFRS. Akuntan Manajemen/Perusahaan dapat mengantisipasi dengan segera membentuk
tim sukses konvergensi IFRS yang bertugas mengupdate pengetahuan Akuntan
Manajeman, melakukan gap analysis dan menyusun road map konvergensi IFRS serta
berkoordinasi dengan proyek lainnya untuk optimalisasi sumber daya.
Akuntan
Akademisi/Universitas diharapkan dapat membentuk tim sukses konvergensi IFRS
untuk mengupdate pengetahuan Akademisi, merevisi kurikulum dan silabus serta
melakukan berbagai penelitian yang terkait serta Memberikan input/komentar
terhadap ED dan Discussion Papers yang diterbitkan oleh DSAK maupun IASB.
Regulator
perlu melakukan penyesuaian regulasi yang perlu terkait dengan pelaporan
keuangan dan perpajakan serta melakukan upaya pembinaan dan supervisi terhadap
profesi yang terkait dengan pelaporan keuanganseperti penilai dan aktuaris.
Asosiasi Industri diharap dapat menyusun Pedoman Akuntansi Industri yang sesuai
dengan perkembangan SAK, membentuk forum diskusi yang secara intensif membahas
berbagai isu sehubungan dengan dampak penerapan SAK dan secara proaktif
memberikan input/komentar kepada DSAK IAI.
Program
Kerja DSAK lainnya yaitu: Mencabut PSAK yang sudah tidak relevan karena
mengadopsi IFRS; Mencabut PSAK Industri; Mereformat PSAK yang telah diadopsi
dari IFRS dan diterbitkan sebelum 2009; Melakukan kodifikasi penomoran PSAK dan
konsistensi penggunaan istilah; Mengadopsi IFRIC dan SIC per 1 January 2009;
Memberikan komentar dan masukan untuk Exposure Draft dan Discussion Paper IASB;
Aktif berpartisipasi dalam berbagai pertemuan organisasi standard setter,
pembuat standar regional/internasional; serta Menjalin kerjasama lebih efektif
dengan regulator, asosiasi industri dan universitas dalam rangka konvergensi
IFRS.
Keuntungan
dan Kelemahan dari Mengkonvergensi IFRS
Dengan
mengadopsi IFRS, suatu bisnis dapat menyajikan laporan keuangan dengan dasar
yang sama sebagai pesaing asing, membuat perbandingan lebih mudah. Selain itu,
perusahaan dengan anak perusahaan di negara-negara yang memerlukan atau
mengizinkan IFRS mungkin dapat menggunakan salah satu bahasa akuntansi
perusahaan-lebar.. Perusahaan-perusahaan juga mungkin perlu mengkonversi ke
IFRS jika mereka adalah anak perusahaan dari sebuah perusahaan asing yang harus
menggunakan IFRS, atau jika mereka memiliki investor asing yang harus
menggunakan IFRS.. Perusahaan juga dapat merasakan manfaat dengan menggunakan
IFRS jika mereka ingin meningkatkan modal di luar negeri.
Walaupun
sebuah keyakinan oleh beberapa keniscayaan penerimaan global IFRS, yang lain
percaya bahwa US GAAP adalah standar emas, dan bahwa sesuatu akan hilang dengan
penerimaan penuh IFRS. Selanjutnya, emiten AS tertentu tanpa pelanggan atau
operasi yang signifikan di luar Amerika Serikat IFRS mungkin menolak karena
mereka mungkin tidak memiliki pasar IFRS insentif untuk menyiapkan laporan
keuangan. Mereka mungkin percaya bahwa biaya yang signifikan terkait dengan
mengadopsi IFRS lebih besar daripada manfaatnya.
Perbedaan
antara Konvergensi dan Adopsi
Adopsi
akan berarti bahwa SEC menetapkan jadwal tertentu ketika perusahaan publik yang
terdaftar akan diperlukan untuk menggunakan IFRS sebagai yang dikeluarkan oleh
IASB.
Konvergensi
berarti bahwa AS FASB dan IASB akan terus bekerja sama untuk mengembangkan
kualitas tinggi, kompatibel standar akuntansi dari waktu ke waktu. Lebih
konvergensi akan membuat adopsi lebih mudah dan lebih murah dan mungkin bahkan
membuat adopsi IFRS yang tidak perlu. Pendukung adopsi, namun, percaya bahwa
konvergensi saja tidak akan pernah menghilangkan semua perbedaan antara dua set
standar.
Perbandingan
PSAK dengan IFRS
Jika
kita bandingkan antara semua standar akuntansi yang dimiliki Indonesia dengan
IFRS, dengan jelas kita temukan perbedaan kuantitas sebagai berikut:
PSAK
|
IFRS
|
43 Standart
(PSAK)
|
37 Standart
|
8 Syari’ah
Standart
|
8 IFRS
|
11
Interpretation (ISAK)
|
29 IAS
|
4 Tecnical
Bulletins
|
27
Interpretations
|
1 SAK ETAP
(Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik/UKM)
|
16 IFRIC
Interpretation
|
11 SIC
|
Di
Indonesia juga masih terdapat Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang masih
mengacu pada PSAK lama. Kemungkinan besar setelah konvergensi PSAK ke IFRS akan
menyusul perubahan pada SAP.
Tidak
semua standar IFRS tersebut diatas dicontek habis dan dirubah menjadi PSAK,
itulah mengapa IAI memilih konvergensi dari para adaption danadoption.
Sedikit gambaran saja untuk membedakan ketiga istilah tersebut saya jelaskan
dalam tabel berikut:
Perbedaan
|
Adaption
|
Convergence
|
Full Adoption
|
Arti harafiah
|
Adaptasi/Penyelarasan
|
Pertemuan pada
suatu titik
|
Adopsi/pemakaian
|
Standart akuntansi
|
Membuat
standar yang benar benar baru
|
Membuat
standar baru dengan mempertimbangkan keadaan yang berlaku
|
Mentranslet
standar lama menjadi standar baru
|
Contoh negara
|
Indonesia
sebelum IFRS
|
Indonesia
setelah 2012
|
Australia,
Hongkong
|
IFRS
Convergence telah membawa dunia accounting ke level baru, Terdapat tiga
perbedaan mendasar, yaitu:
1.
PSAK yang semula berdasarkan Historical Cost mengubah
paradigmanya menjadi Fair Value based.
Terdapat
kewajiban dalam pencatatan pembukuan mengenai penilaian kembali keakuratan
berdasarkan nilai kini atas suatu aset, liabilitas dan ekuitas. Fair Value
based mendominasi perubahan-perubahan di PSAK untuk konvergensi ke IFRS selain
hal-hal lainnya. Sebagai contoh perlunya di lakukan penilaian kembali suatu
aset, apakah terdapat penurunan nilai atas suatu aset pada suatu tanggal
pelaporan. Hal ini untuk memberikan keakuratan atas suatuatas suatu laporan
keuangan.
2.
PSAK yang semula lebih berdasarkan Rule Based (sebagaimana
USGAAP) berubah menjadi Prinsiple Based.
Apa
itu Rule Based?
Rule
based adalah
manakala segala sesuatu menjadi jelas diatur batasan batasannya. Sebagai contoh
adalah manakala sesuatu materiality ditentukan misalkan diatas 75% dianggap
material dan ketentuan-ketentuan jelas lainnya.
Apa
itu Prinsiple Based?
IFRS
menganut prinsip prinsiple based dimana yang diatur dalam PSAK
update untuk mengadopsi IFRS adalah prinsip-prinsip yang dapat dijadikan bahan
pertimbagan Akuntan / Management perusahaan sebagai dasar acuan untuk kebijakan
akuntansi perusahaan.
3.
Pemutakhiran (Update) PSAK untuk memunculkan transparansi dimana laporan
yang dikeluarkan untuk eksternal harus cukup memiliki kedekatan fakta dengan
laporan internal. Pihak perusahaan harus mengeluarkan pengungkapan
pengungkapan (disclosures) penting dan signifikan sehingga para pihak
pembaca laporan yang dikeluarkan ke eksternal benar-benar dapat menganalisa
perusahaan dengan fakta yang lebih baik.
Perbedaan
Spesifik antara IFRS dengan US GAAP
Perbedaan
terbesar antara US GAAP dan IFRS adalah bahwa keseluruhan menyediakan kurang
detail. panduan tentang pengakuan pendapatan, misalnya, secara signifikan lebih
kecil dari GAAP luas. IFRS juga mengandung relatif sedikit instruksi spesifik industri.
Karena
proyek yang sudah berjalan lama konvergensi antara IASB dan FASB, sejauh mana
perbedaan spesifik antara IFRS dan GAAP telah mengecil.. Namun perbedaan yang
signifikan lakukan tetap, paling salah satu dari yang dapat menghasilkan hasil
yang dilaporkan sangat berbeda, tergantung pada perusahaan industri dan
individu fakta-fakta dan keadaan.Contoh:
ü
IFRS tidak mengizinkan Last In, First Out (LIFO).
ü
IFRS menggunakan metode langkah tunggal untuk write-downs kerusakan daripada
langkah kedua metode yang digunakan dalam US GAAP, membuat write-downs lebih
mungkin.
ü
IFRS memiliki batas probabilitas yang berbeda dan pengukuran objektif untuk
kemungkinan.
ü
IFRS tidak mengizinkan utang untuk pelanggaran perjanjian yang telah terjadi
harus diklasifikasikan sebagai non-arus pengabaian kecuali kreditur diperoleh
sebelum tanggal neraca.
Kerangka
konseptual pelaporan keuangan yang kita kenal selama ini sebagaimana yang
diadopsi dalam buku ajar di kampus-kampus adalah kerangka konseptual
berdasarkan USGAAP. Sejalan dengan konvergensi International Financial
Reporting Standar (IFRS) kedalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK),
mau tidak mau kita harus merubah mindset kita mengikuti kerangka konseptual
IFRS tersebut.
Ada
beberapa perbedaan dasar antara kedua standar tersebut sebagaimana dijelaskan
dalam tabel-tabel dibawah ini. Pada dasarnya batang tubuh kerangka konseptual
tersebut masih sama, yaitu level 1: tujuan laporan keuangan, level 2:
karakteristik kualitatif dan element laporan keuangan, dan level 3: Asumsi
dasar, Prinsip dan kendala.
Level 1: Tujuan
Laporan Keuangan:
US GAAP
|
IFRS
|
|
|
|
|
|
Level
2: Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi
US GAAP
|
IFRS
|
Relevan –
terdiri dari:
|
Relevan –
terdiri dari:
|
Dapat
dipercaya – terdiri dari:
|
Dapat
dipercaya – terdiri dari:
|
Dapat
dibandingkan
|
Dapat
dibandingkan
|
Konsisten
|
Level
2: Element Laporan Keuangan
US GAAP
|
IFRS
|
Aset
Kewajiban
Ekuitas
Investasi
pemilik
Distribusi
kepada pemilik
Laba
komprehensif
Pendapatan
Keuntungan
Beban
Kerugian
|
Aset
Kewajiban
Ekuitas
Pemeliharaan
modal (diperoleh dari revaluasi asset dan kewajiban)
Laba
(Pendapatan dan keuntungan)
Beban (beban
dan kerugian)
|
Level
3: Pengakuan dan pengukuran – Asumsi dasar
US GAAP
|
IFRS
|
1.
Kelangsungan usaha
2.
Entitas ekonomi
3.
Unit moneter
4.
Periodisitas
|
1.
Kelangsungan usaha
2.
Basis akrual
|
Level
4: Pengakuan dan pengukuran – Prinsip
US GAAP
|
IFRS
|
1.
Biaya historis
2.
Pengakuan pendapatan
3.
Kesesuaian
4.
Pengungkapan penuh
|
1.
Biaya historis
2.
Biaya sekarang (apa yang harus dibayar hari ini untuk mendapatkan aset. Ini
sering diperoleh dalam penilaian yang sama dengan nilai wajar)
3.
Nilai realisasi (jumlah kas yang dapat diperoleh saat ini jika asset dilepas
4.
Nilai wajar
5.
Pengakuan pendapatan
6.
Pengakuan beban
7.
Pengungkapan penuh
|
Level
5: Pengakuan dan pengukuran – Kendala
US GAAP
|
IFRS
|
1. Biaya dan
manfaat
2.
Materialitas
3. Praktik
Industri
4.
Konservatisme
|
1.
Keseimbangan antara biaya dan manfaat
2.
Tepat waktu
3.
Keseimbangan antara karakteristik kualitatif
|
Sebagaimana
diatur dalam IAS 32 & 39 dan IFRS 7 & 9, maka secara ringkas dapat
dilihat pada perbedaan dan persamaan IFRS dengan GAAP, yaitu sebagai berikut:
1. IFRS
dan GAAP untuk debt securities memiliki perlakuan akuntansi
yang sama
2.
IFRS dan GAAP menggunakan pengujian yang sama untuk menentukan apakah methode
equity digunakan yaitu berdasarkan pengaruh yg signifikan dg patokan lebih dari
20% kepemilikan.
3. Reklasifikasi securities adalah
sama antar keduanya.
4. Dasar
konsolidasi, IFRS dan GAAP mendasarkan pada persentasi kepemilikan (50%)
5. IFRS
dan GAAP sama dalam akuntansi untuk pemilihan Fair Value yaitu pilihan
menggunakan fair value harus dilakukan di awal pengakuan.
6. GAAP
tidak mengizinkan reversal untuk beban impairment yang telah terjadi untuk “available
for sale debt and equity securities”.
7. IFRS
tidak mengizinkan hal yg sama untuk “available for sale equity ”,
namun mengizinkan reversal untuk “available for sale debt securities”
dan “held-tomaturity securities”.
Dampak
Implementasi IFRS Terhadap Bisnis dan Auditor
Implementasi
IFRS dapat memberikan dampak positif dan negatif dalam dunia bisnis dan jasa
audit di Indonesia. Berikut ini adalah berbagai dampak dalam penerapan IFRS :
- Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan akan lebih mudah dikomunikasikan ke investor global.
- Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai wajar.
- Kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harga fluktuatif.
- Smoothing income menjadi semakin sulit dengan penggunakan balance sheet approach dan fair value.
- Principle-based standards mungkin menyebabkan keterbandingan laporan keuangan sedikit menurun yakni bila penggunaan professional judgment ditumpangi dengan kepentingan untuk mengatur laba (earning management).
- Penggunaan off balance sheet semakin terbatas.
Fleksibilitas dalam standar IFRS yang bersifat principles-based akan
berdampak pada tipe dan jumlah skill professional yang seharusnya dimiliki oleh
akuntan dan auditor. Pengadopsian IFRS mensyaratkan akuntan maupun auditor
untuk memiliki pemahaman mengenai kerangka konseptual informasi keuangan agar
dapat mengaplikasikan secara tepat dalam pembuatan keputusan. Pengadopsian IFRS
mensyaratkan akuntan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kejadian maupun
transaksi bisnis dan ekonomi perusahaan secara fundamental sebelum membuat
judgment. Selain keahlian teknis, akuntan juga perlu memahami implikasi etis
dan legal dalam implementasi standar (Carmona & Trombetta, 2008).
KESIMPULAN
Konvergensi
IFRS di Indonesia perlu didukung agar Indonesia memperoleh pengakuan maksimal
dari komunitas Internasional khusunya di mata investor global. Dengan
diadopsinya IFRS di Indonesia, maka proses rekonsiliasi bisnis dalam bisnis
lintas negara akan semakin mudah. Dapat dikatakan demikian karena
diterapkannya suatu standar internasional akan meningkatkan kepercayaan
internasional untuk berinvestasi di Indonesia.
http://elraihany.wordpress.com/2013/04/24/konvergensi-ifrs-di-indonesia-perkembangan-dan-dampaknya-terhadap-bisnis-dan-auditor/
http://id.wikipedia.org/wiki/ifrs/
http://id.wikipedia.org/wiki/ifrs/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar